Judul Buku : Al-Kalimat
Penulis : Bediuzzaman
Said Nursi
Penerjemah : Fauzi Faisal Bahresy
Penerbit :
ANATOLIA, Jakarta.
Cetakan :
Pertama, 2011
Peresensi :
Ihya’ Ulumuddin*
Membaca sebuah karya, tentu
tidak terlepas dari segala aspek yang melatari dari sang pencetus karya
tersebut. Al-kalimat, sebuah karya besar yang dicetuskan oleh Said Nursi, ulama,
pemikir dan sufi besar abad dua puluh berkebangsaan Turki. Al kalimat merupakan
bagian dari masterpiece koleksi Risalah Nur karya bagian dari karya
monumentalnya. Baca juga: Belajar Al-Qur’an dengan Bantuan Aplikasi, Asyik!
Said Nursi hidup pada masa
transisi kehidupan muslim dan sempat menyaksikan dua peristiwa besar masa itu,
kemunduran sekaligus keruntuan hingga jatuhnya Khilafah Islamiyah yang terakhir
(Dinasti Usmani) hingga terbentuknya Republik Turki (Modern), yang disinyalir
berawal dari lemahnya iman kaum muslim serta mengabaikan ilmu pengetahuan, dan
pembatasan peran agama (Islam) yang oleh kaum sekuler dianggap sebagai biang
kemunduran.
Mengawali pendidikan dengan
belajar dan berguru kepada kakaknya, al-Mala Abdullah, Said Nursi belajar ilmu
nahwu dan sharaf (gramatika) sekaligus mempelajari ilmu-ilmu keislaman dengan penuh
ketekunan. Dalam proses belajar inilah kecerdasan dan kecemerlangan Said Nursi
terlihat. Kecerdasan yang ia miliki menyatu dengan kekuatan ingatannya,
sehingga tanpa kendala berarti Said Nursi dengan mudah melahap kandungan
kitab-kitab tafsir, hadis, nahwu, ilmu kalam, fiqh, dan mantiq.
Kegemaran Said Nursi dalam melakukan
munadzarah (dialog) dengan para ulama mengantarkannya pada proses
pemantapan dan penguatan dalam memahami Islam. Hingga pada gilirannya Said
Nursi mendapat
pengakuan dari kum muslim Turki sebagai seorang imam. Menarik juga: Fadhilah atau Keutamaan Membaca Al-Qur'an
Kebermaknaan Hidup dalam Iman
Melihat kondisi umat muslim yang
pada waktu itu tersudut oleh kebijakan penguasa, membuat Said Nursi berjuang
keras mereformasi citra Islam dengan memperkenalkan konsep harmonisasi hubungan
ilmu pengetahuan umum dalam dunia pendidikan Islam. Konsep ini terus Said
sosialisasikan dan perjuangakan tanpa mengenal lelah, walaupun sampai dirinya
sendiri menjadi korban oleh penguasa yang memilih pro dengan sekulerisme.
Tindakan tidak manusiawi penguasa
terhadap Said Nursi dengan memenjara dan mengasingkan dirinya ternyata tidak
menyurutkan daya perjuang Said. Bahkan dalam kondosi tertekan seperti itu,
magnum opusnya, Risalah Nur lahir di tengah-tengah kepedihan tersebut.
Risalah Nur, buah karyanya
yang diselesaikan selama dalam masa penahanan rezim penguasa (Kemal Attatruk), merupakan
kitab tafsir al-Qur'an yang
telah berhasil dan membawa pencerahan (tanwir, idha’ah) bagi pembacanya.
Meskipun tergolong sebagai kitab “sensitif” mengkaji hal kesufian, namun sampai
saat ini animo kaum muslim dalam mengkajinya cukup tinggi.
Dengan makin banyaknya karya akademis yang
mengulas dan meneliti sang tokoh Said Nursi dewasa ini, baik pada ranah
pemikirannya tentang politik, pendidikan, sampai pada ranah kesufian, merupakan
indikator betapa produk pemikirannya masih relevan dengan persoalan kehidupan
dan keagamaan modern.
Dalam Risalah Nur Said Nursi membahas berbagai
topik dengan menggunakan pendekatan filosofis, logis, dan kontekstual. Topik
mengenai hal-hal fundamental semisal, soal keyakinan keberadaan Tuhan dan
keesaan-Nya, manifestasi dari asma’ul husna dan atribut dari penciptaan,
kebangkitan manusia dan kehidupan akhirat, kenabian, kemukjizatan al Qur’an,
para malaikat, dan kebutuhan manusia untuk beribadah kepada Allah Swt. Hampir
keseluruhan dijabarkan dengan argumentasi dan bukti-bukti yang kuat.
Melalui Al kalimat, jilid pertama dari Risalah
Nur, Said Nursi berpesan untuk selalu bersikap berbaik sangka kepada Allah dan
selalu optimis dalam menjalani hidup. Dapat dipahami kerendaan hati yang dipancarkan
Said Nursi merupakan bentuk kematangan spiritualnya yang tinggi. Meskipun
begitu berat rintangan yang dialaminya, dipenjara, diasingkan, dikucilkan dan
ditekan habis-abisan oleh rezim penguasa Turki sekuler, Said Nursi tetap tegar
bahkan optimis. Said Nursi dengan langkahnya ini telah menjadikan sekulerisme
tidak pernah berhasil memadamkan spirit Islam. Bahkan sebaliknya, perkembangan
dan perkembangan Islam semakin pesat.
Buku yang diterjemahkan dari bahasa aslinya
ini sungguh luar biasa dan layak mendapat apresiasi publik. Buku ini menyentuh
relung-relung kehidupan sehari-hari. Terdapat banyak topik yang sangat kaya dan
beragam dan dapat ditarik sebuah renungan untuk mencari makna kehidupan hakiki
dalam beriman. Waallahu ‘alam!
0 Response to "Kebermaknaan Hidup dalam Iman"
Post a Comment
Silahkan berkomentar sesuai dengan topik dan ulasan yang dipaparkan dalam blog ini. Kunjungan dan komentar Anda sangat bermanfaat untuk perkembangan Blog ini. Terimakasih!